Rabu, 24 Juni 2015

Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Jahiliyyah, Rasul, dan Sahabat


Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Jahiliyyah, Rasul, dan Sahabat


SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA
JAHILIYAH, RASUL, DAN SAHABAT

1.      PERADABAN  PADA MASA JAHILIYAH
  A.    Asal usul bangsa Arab
            Bangsa arab mempunyai  akar panjang dalam sejarah, semereka termasuk ras atau bangsa caucasoid, dalam sub ras Meditteranean yang anggotanya meliputi wilayah sekitar laut tengah, Afrika utara, Armenia, Arabia dan Irania. Bangsa Arab hidup dengan berpindah-pindah, karena tanahnya terdiri gurun pasir yang kering dan sangat sedikit sekali turun hujan. Perpindahan mereka dari suatu tempat ke tempatyang lain itu mengikuti tumbuhnyastepa atau padang rumput yang tumbuh di tanah Arab di sekitar oasisatau genangan air setelah turun hujan. Padang rumput diperlukan oleh bangsa Arab yang disebut juga bangsa Badawi, badawa, badui, guna mengembalakan ternak mereka yang berupa domba dan kuda serta kuda, sebagai binatang unggulnya. Mereka mendiami wilayah Jazirah Arabia yang yang dahulu merupakan sambungan wilayah gurun yang membentang dari barat, sahara di Afrika hingga ke timur melintasi Asia, Iran-tengah dan Gurun Gobi di Cina.wilayah itu sangat panas dan kering karena uap air laut yang ada di sekitarnya (laut Merah, Lautan hindia dan laut Arab) tidak memenuhi kebutuhan untuk mendinginkan daratan luas yang berbatu itu. Penduduk Arab tinggal di kemah-kemah dan hidup berburu untuk mencari nafkah, bukan bertani dan berdagang yang tidak di yakini sebagai kehormatan bagi mereka[1], memang negeri itu susah untuk ditanami.
            Bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan, diantaranya ialah Saba’, Main dan Qutban serta Himyar. Semuanya di Yaman. Di utara Jazira berdiri kerajaan Hirah ( manaridah) dan Gassan (gassasinah). Hijaz menunjukan wilayah yang tetap merdeka sejak dahulu karna miskin wilayahnya, namun terdapat tempat suci, yakni Mekkah yang di dalamnya berdiri ka’bah sebagai pusat beribadah sejak dahulu, disamping ada sumur Zam-zam yang ada sejak nabi Ismail.

  B.     Agama bangsa arab
            Penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam antara lain yang terkenal adalah penyembahan terhadap berhala atau paganisme. Menurut Syalabi penyemnahan terhadap berhala itu pada mulanya ialah ketika oang-orang Arab itu pergi keluar kota mekkah, mereka selalu membawa batu yang diambil sekitar Ka’bah, mereka mensucikan batu dan menyembahnya di mana mereka berada lama lama dibuatlah patung yang disembah dan mereka berkeliling mengitarinya (tawaf), dan disaat-saat tertentu mereka masih mengunjungi ka’bah. Kemudian mereka memindahkan patung-patung mereka disekitar ka’bah. Yang jumlahnya mencapai 360 buah. Disamping itu ada patung patung besar yang ada di luar Mekkah, yang terkenal ialah Mana/manata di dekat Yasrib atau Madinah, al-Latta di Taif, menurut riwayat yang tersebut terahir adalah yang tertua, dan al-Uzza di Hijaz. Hubal adalah patung yang terbesar yang terbuat dari batu akik yang berbentuk manusia yang diletakkan di dalam ka’bah. Mereka mereka percaya bahwa menyembah berhala-berhala itu bukan menyembah kepda wujud berhala itu tetapi hal tersebut dimaksudkan sebagai perantara untuk menyembah tuhan, sebagaimana di terangkan dalam al-Quran az-Zumar : 3.
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
            kami tidak menyembah kepada mereka, tetapi agar mereka mendekatkan diri kepada tuhan sedekat-dekatnya[2].
            Namun demikian dikalangan bangsa Arab masih ada yang tidak suka menyembah berhala, di antara mereka adalah Waraqah ibnu naufal dan Usman ibn Jahsy yang ragu-ragu, ketika Islam datang ia menganutnya tetapi kemudian ia menganut agama masehi, Zaid ibn Umara tidak tertarik kepada agama masehi, tetapi juga enggang menyembah berhala sehingga ia mendirikan agama sendiri dengan menjauhi berhala dan tidak mau memakan bangkai dan darah.
            Agama masehi di peluk oleh penduduk Yaman, Najran dan Syam. Sedangkan agama yahudi dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Yasrib yang besar jumlahnya, disampig itu adapula yang memeluk agama Majusi (mazdaisme), agama orang-orang Persia. Para penganut agama masehi itu saling berselisih satu sama lain, seperti tentang kesucian Maryam apakah ia lebih utama dari anaknya, Isa al-Masih, atau anaknyalebih utama dari ibunya. Mereka berpecah-pecah menjadi banyak sekte. Terhadap perselisihan itu kaum Yahudi tidak melerainya, bahkan mereka tidak menyukainya karna mereka telah mengusirnya dari negeri Palestina. Tetapi hubungan kaum yahudi dengan bangsa arab yang menyembah berhala itu menunjukan kebaikan.
Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelng  lahirnya Muhammad saw, yang membawa islam di tengah-tengah mereka  yang pangan itu, masa itu biasa disebut dengan masa Jahiliyah, masa kegelapan dan kebodohan dalam hal agama, bukan dalam hal-hal yang lain, seperti ekonomi perdagangan dan sastra, dalam dua hal yang terakhir itu bangsa Arab telah mencapai perkembangan yang pesat. Mekkah bukan saja merupakan pusat perdagangan lokal akan tetapi ia adalah jalur perdagangan dunia yang penting pada saat itu, yang menghubungkan antara utara Syam dan selatan, Yaman, antara timur, Persia dan barat, Abesinia dan Mesir. Keberhasilan Mekkah menjadi pusat perdagangan internasional pada saat itu adalah karena kejelian Hasyim sekitar abad ke enam Masehi dalam mengisi kekosongan peranan bangsa laindibidang perdagangan di Mekkah[3]. Peredaran dagang mereka sempat dikisahkan dalam Al-Quran surah Quraisy:
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ       
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.  Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka`bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan[4].
            Dalam sebuah buku History di jelaskan bahwa bangsa Arab biasanya disebut arab jahiliyah bangsa yang belum berperadaban, bodoh, tidak mengenal aksara. Sebutan itu tidak perlu menyebabkan kita berkesimpulan bahwa tidak seorang pun dari penduduk Jazirah Arab yang mampu membaca dan menulis, karena beberapa orang sahabat Nabi diketahui sudah mampu membaca dan menulis sebelum mereka masuk Islam. Baca tulis ketika itu belum menjadi tradisi, tidak dinilai sebagai sesuatu yang penting, tidak pula menjadi ukuran kepandaian dan kecendikiawan seseorang[5].
            Akan tetapi, Bangsa Arab, terutama Arab bagian Utara, dikenal sebagai orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam menggubah syair, dan syair-syair itu diperlombakan dan yang unggul diantaranya ditulis untuk digantung di Ka’bah. Melalui teradisi sastra tersebut diatas diketahui bahwa peristiwa-peristiwa besar dan penting secara faktual ikut memberi pengaruh dan mengarahkan perjalanan sejarah mereka[6].

2.      PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI
  A.    Sebelum masa kerasulan
            Nabi Muhammad saw adalah anggota bani hasyim, kabilah ini memegang jabatan siqayah.  Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin, ayahnya Abdullah anak dari Abdul-muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah.
            Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia 3 bulan setelah menikahi Aminah. Mhammad kemudian diberikan kepada ibu pengasuh, Halimah sa’diyyah. Dalam asuhannya Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia 6 tahun dia menjadi yatim piatu. Setelah Aminah meninggal, Abdul-muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul-muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawabnya selanjutnya beralih pada pamannya yaitu Abu Thalib. Seperti juga dengan Abdul-muthalib, dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk mekkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin.
            Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk mekkah, nabi Muhammad ikut dalam kafilah dagang ke syria (Syam)) dalam usia baru 12 tahun, yang di pimpin oleh Abu Thalib. Dan pada usia keduapuluhlima, Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagang seorang saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah, dalam perdagang ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarNya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilakukan, ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan khadijah 40 tahun. Dan dialah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu nabi dalam menyebarkan agama Islam.

  B.     Masa kerasulan
            Menjelang usianya yang keempat puluh tahun, dia sudah terlalu terbiasa memisahkan diri dari kegalauan masyarkat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa kilometer di utara Mekkah, disana Muhammad mula-mula berjam-jam kemudian berhari-hari bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibrilmenyampaikan wahyu Allah yang pertama:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ
الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
            Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih tuhan sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu Agama.
            Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak datang lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut:
َا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (1) قُمْ فَأَنْذِرْ (2) وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ (3) وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (4) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (5) وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (6) وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ (7)
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah,  dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
            Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan dikalangan rekan-rekannya, karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun, kemudian, Abu Bhakar, sahabat karibnya sejak masih kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang pertama masuk islam. Sebagai seorang pedagangan yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar lansung lansung kepada Nabi dan masuk Islam dihadapan nabi sendiri. Dengan dakwah diam-diam ini belasan orang telah masuk islam[7].
Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara indvidual,turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari baniAbdul-muthalib. Ia mengatakan kepada mereka, “saya tidak melihat seorangpun dikalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik, tuhan memerintahkan mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian yang ingin mendukung saya dalam hal ini? Mereka semua menolak kecuali Ali. Pada saat itu. Langkah dakwah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum.
Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu.[8] 1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul-muthalib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan. 2. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy. 3. Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. 4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa Arab. 5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezki.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah nabi Muhammad. Mulai dari cara diplomatik dan bujuk rayu, semuanya gagal. Tindakan tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnyaaa sudah dilakukan semakin ditingkatkan.
Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk mekah terhadap nabi dan kaum muslimin, mendorong Nabi untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar mekkah. Pada tahun ke lima kerasulannya, Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat mereka mengungsi, karena Negus (raja) negeri itu adalah seorang yang adil. Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan empat wanita, diantaranya Usman bin Affan beserta isterinya Rukayah putrid Rasulullah, Zubair ibn Awwam, Abdurrahman bin Auf.  Kemudian menyusul rombongan kedua sejumlah hamper seratus orang, dipimpin oleh Ja’far ibnu Abu Thalib. Usaha untuk menghalangi hijrah ke Habsyah ini, termasuk membujuk Negus  agar menolak umat islam di sana gagal, disamping itu, semakin kejam mereka memperlakukan Islam, semakin banyak orang yang masuk Agama ini. Bahkan di tengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang kuat Quraisy masuk islam, Hamzah dan Umar bin Khattab, dengan masuk islamnya dua tokoh besar ini posisi umat islam semakin kuat[9].
Karna banyaknya rintangan yang dihadapi di Mekkah maka Nabi pernah memutuskan untuk berdakwah di luar Mekkah. Namun, di Thaif beliau di caci dan di lemparibatu sampai beliau terluka. Hal ini semua hamper membuat nabi menjadi putus asa, sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan mengisra’ mi’rajkan beliau pada tahun ke 10 kenabian Muhammad, berita tentang isra’ dan mikraj itu menggemparkan masyarakat Mekkah. Bagi orang kafir, ia di jadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi. Sedangkan bagi orang yang beriman , ia merupakn ujian keimanan[10].
Setelah peristiwa itu, suatu perkembangan besarbagi dakwah islam mulai muncul. Perkembangan dimana datang dari sejumlah penduduk kota Yastrib yang berhaji ke Mekkah. Mereka, yang terdiri dari ‘Aus dan khazraj, masuk Islam dalam tiga gelomang.  Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian, beberapa orang khazraj berkata kepada Nabi: bangsa kami telah lama  terlibat dalam permusuhan yaitu antara suku Khazraj dan suku Aus. Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya tuhan mempersatukan mereka kembali dengan perantaraan engkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh karena itu, kami akan berdakwahagar mereka mengetahuiagama yang kami terima dari engkau ini, mereka giat mendakwahkan islam di Yastrib. Kedua, pada tahun kedua belas kenabian delegasi Yastrib, terdiri dari sepuluh orang suku Khazraj dan dua orang suku Aus serta seorang wanita menemui Nabidi suatu tempat bernama Aqabah. Di depan nabi mereka menyatakn ikrar kesetiaan, rombongan ini kemudian kembali ke Yastrib sebagai juru dakwahdengan ditemani oleh Mus’ab bin Umair yang sengaja di utus nabi atas permintaan mereka, ikrar ini disebut dengan perjanjian “Aqabah pertama”. Pada musim haji berikutnya, jamaah haji yang datang dari Yastrib berjumlah 73 orang, atas nama penduduk Yastrib, mereka meminta Nabi agar berkenang pindah ke Yastrib, mereka berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman, nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian Aqabah kedua.
Setelah kaum Musyrikin Quraisy mengetahui tentang adanya perjanjian tersebut, merela kian gila melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin, hal ini membuat Nabi memerintahkan para sahabatnya agar segera hijrah ke Yastrib. Dalam waktu dua bulan, hamper semua kaum muslimin kurang lebih 150 orang, telah meninggalkan kota mekkah hanya Ali dan Abu bakar yang tetap tinggal di Mekkah bersama dengan Nabi, keduanya membela dan menemani nabi smapai ia pun hijrah ke Yastrib karena kafir Quraisy karna kafir Qurais sudah merencanakan membunhnya.
Dalam perjalanan ke sana, nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya yang sekitar lima kilometer dari Yastrib, nabi beristirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin hindun. Di halaman rumah ini nabi membangun sebuah mesjid, inilah mesjid pertama yang dibangun Nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, ali menggabungkan diri dengan Nabi, setelah menyelesaikan berbagai urusan di Mekkah. Sementara itu, penduduk Yastrib menunggu-nunggu kedatangannya. Waktu yang mereka tunggu-tunggu itu tiba. Nabi memasuki Yastrib dan penduduk kota ini engelu-elukan kedatangan beliaudengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan kepada Nabi, nama kota Yastrib diubah menjadi madinatun nabi (kota nabi) atau sering pula disebut madinatul munawwarah(kota yang bercahaya) karena darisanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru itu, ia segera meletakan dasar dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan mesjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai saran penting untuk mempersatukan umat muslim, disamping sebagai tempat bemusyawarah tempat merundingkan masalah-masalah yang di hadapi.
Dasar kedua, adalah ukhuwwah islamiyyah. Persaudaraan sesame muslim. Seperti mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar.
Dasar ketiga, hubungan  persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beraga islam. Di Madinah, di samping orang-orang arab Islam juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka, agar stabilitas dapat terwujud, Nabi Muhammad mengadakan perjanjian dengan mereka[11].
Sedangkan sejarah juga diterangkan ketika Rasul hijrah dan diangkat menjadi kepala negara, Rasul melaksanakan:
A.    Proklamasi berdirinya sebuah Negara dengan cara mengumumkan nama Madinah al-Munawwarah bagi kota Yastrib.
B.     Mendirikan mesjid sebagai pusat kegiatan umat Islam.
C.     Mempersaudrakan kaum Muhajirin dengan Anshar, persaudaraan berdasarkan Agama sebagai basis warga negara.
D.    Membuat undang-undang dan peraturan berdasarkan perjanjian-perjanjian yang terkenal dengan istilah Trakat Madinah,
E.     Membuat batas wilayah sebagai basis teritorial dengan membuat parit pada waktu perang Khandaq.
F.      Membuat lembaga-lembaga pelengkap sebuah pemerintahan, semisal angkatan perang, pengadilan, lembaga pendidikan, bait al-mal, lembaga yang mengatur administrasi negara, serta menyusun ahli-ahli yang cakap yang bertindak sebagai pendamping Nabi[12].
Dalam sejarah Madinah banyak terjadi perang, itu sebagai upaya kaum muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh, nabi sendiri di awal pemerintahannya, mengadakan beberapa ekspedisi di beberapa keluar kota sebagaiaksi siaga melatih kemampuan melatih calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan Negara yang baru dibentuk, perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah juga diadakan dengan maksud mempekuat kedudukan madinah.
Perang pertama yang sangat menentukan masa depan Negara Islam ini adalah Perang Badar, perang antara kaum Muslimin dengan musyrik Quraisy. Pada tanggal 8 ramadhan tahun 2 hijriah, nabi bersama 305 orang muslim bergerak keluar kota membawa perlengkapan yang sederhana. Di daerah Badar, kurang lebih 120 kilometer dari Madinah, pasukan nabi bertemu dengan pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 900-1000 orang. Nabi sendiri memegang komando, dalam perang ini kaum muslimin keluar sebagai pemenang.
Pada tahu ke enam hijriah,ketika ibadah haji sudah disyariatkan, nabi memimpin sekitar seribu kaum muslimin berangkat ke mekkah, bukan untuk berperang, melainkan untuk melakukan ibadah umrah. Karena itu, mereka mengenakan pakaian ihram tanpa membawa senjata. Sebelum tiba di Mekkah, mereka berkemah di hudibiyyah,beberapa kilometer dari mekkah. Penduduk Mekkah tidak mengizinkan mereka masuk ke kota. Akhirnya diadakan perjanjian yang dikenal dengan nama perjanjian hudaibiyyah yang isinya antara lain: 1. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan sampai tahun depan, 2. Lama kunjungan dibatasi hanya 3 hari saja. 3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang mekkah yang melarikan diri ke Madinah, sedang sebaliknya orang-orang Quraisy tidak harus menolak orang-orang yang kembali ke Mekkah. 4. Selama 10 tahun diberlakukan gencatan senjata anatar masyarakat Madinah dan Mekkah, dan 5. Tiap kabilah yang ingin masuk kedalam kedalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum Muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlansung, dakwah Islam sudah menjangkau seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan positif. Hampir seluruh jazirah Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan, menggabungkan diri dengan Islam. Hal ii membuat orang mekkah merasa terpojok, perjanjian hudaibiyah ternyata menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya, oleh karena itu, secara sepihak orang-orang Quraisy membatalkan perjanjian tersebut. Melihat kenyataan tersebut Rasulullah segera bertolak ke Mekkah dengan sepuluh ribu orang tentara untuk melawan mereka. Nabi tidak mendapatkan kesukaran apa-apa memasuki kota Mekkah. Beliau tanpil sebagai pemenang, patung-patung di seluruh negeri dihancurkan. Setelah itu, nabi berkhotbah menjanjikan ampunan kepada kaum Quraisy. Sesudah khotbah disampaikan, mereka datang berbondong-bondong, memeluk agama islam, sejak itu, Mekkah berada di bawah kekuasaan Nabi[13].
Takluknya mekkah sudah barang tentu merupakan kemenangan besar bagi Muhammad ia bukan akhir dari persoalan-persoalan yang dihadapinya, segera dia menyadari bahwa dirinya berada dalam situasi ironik karena terpaksa membela Quraisy untuk melawan suku-suku yang dulu menjadi sekutu setianya. Karena terancam oleh jatuhnya Mekkah itu mereka memutuskan untuk melakukan upaya terakhirdemi keselamatan mereka sendiri, tetapi, kemenangan terakhir pun di pihak Muhammad dan Quraisy, sekutu-sekutu barunya. Segera setelah berita kemenangan ini tersebar luas di Negara Arab, delegasi dari semua suku besar mulai berdatangan untuk melakukan perjanjian dengan Muhammad[14].
Dengan ditaklukannya Mekkah, bersama dengan bani Tsaqif dan bani Hawazin, seluruh jazirah Arab berada dibawah pimpinan Nabi. Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah Arab, Syiria, yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung bani Ghassan dan bani Lachimides. Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan islam yang menyiapkan diri siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat besarnya pasukan islam yang dipimpin Nabi, tentara romawi itu menjadi kecut. Akhirnya mereka menarik diri, kembali ke daerahnya, nabi sendiri tidak melakukan pengejaran, tetapi berkemah di Tabuk. Disini beliau membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setemapat. Dengan demikian, daerah perbatasan itu dapat dirangkul kedalam barisan Islam. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.


3.      KHULAFA’ AL-RASYIDIN
1.      Pengertian Khulafa’ al-rasyidin 
            Kata khulafa’al-rasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin, khulafa’ itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu di sebut khalifah, yang mempunyai arti pemimpin dalam arti orang yanng mengganti kedudukan rasullah saw. sesudah wafat melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-batanya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam. 
            Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi khulafaurrasyidin mempunyai arti pemimpim yang bijaksana sesudah nabi muhammad wafat. Para khulafaurrasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka tiu terdiri dari para sahabat nabi muhammad saw. yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki khulafa’al-rasyidin sebagai berikut:
a.       Arif dan bijaksana
b.      Berilmu yang luas dan mendalam
c.       Berani bertindak 
d.      Berkemauan yang keras 
e.       Berwibawa 
f.       Belas kasihan dan kasih sayang 
g.      Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum islam.
            Para sahabat yang disebut khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu[15]:
   1)      Abubakar al-Shidik khalifah yang pertama (11 – 13 H = 632 – 634 M) 
   2)      Umar ibnu al-khattab khalifah yang kedua (13 – 23 H = 634 – 644 M) 
   3)      Usman ibnu Affan khalifah yang ketiga (23 – 35 H = 644 – 656 M)
   4)      Ali ibnu Abi Talib khalifah yang keempat (35 – 40 H = 656 – 661 M) 
   2.      Tugas-tugas khulafa’al-rasyidin 
            Tugas rasulullah saw. Meliputi dua hal, yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Para khalifah hanya menggantikan rasulullah dalam tugas kenegaraan, yaitu sebagai kepala negara, kepala pemerintahan, dan pemimpin umat.
Tugas beliau sebagai nabi dan rasul tidak digantikan oleh siapapun, karena tugas kenabian yang diembannya itu bersifat khusus atas pemilihan langsung oleh Allah swt.di samping itu, beliau adalah nabi dan rasul terakhir. Tidak ada nabi dan rasul yang diangkat setelah beliau wafat.[16]
Sebagaimana firman Allah dalam Qs. al-Ahzab 40.
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (40)
            “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia rasulullah dan penutup Nabi-nabi, dan adalah allah adalah maha mengetahui segala sesuatu.” 
            Masa kekhalifaan kurang lebih selama 30 tahun. Waktu yang sekian lama itu Islam meluas ke daerah syam, Irak, Palestina, Mesir, Sudan dan beberapa daerah di Benua Afrika. 
            Panglima perang pada masa khulafaurrasyidin yang ter kenal diantaranya ialah Khalid bin Walid, Abu Ubaidah, Amr bin Ash, Mutsanna bin Haritsah Sa’ad ibnu Abu Waqqas. 
  A.    KHALIFAH ABU BAKAR AL-SHIDIK
       I.            Silsilah dan Kepribadian Abu Bakar Sebelum masuk Islam.
            Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah. Setelah Abu Bakar masuk Islam namanya diganti oleh Rasulullah menjadi Abdullah. Dan nama Abu Bakar itu pemberian dari kaum muslimin, karena beliau segera masuk Islam. Dan juga mendapat gelar As-Shiddiq (yang membenarkan)[17]
            Abu Bakar lahir pada tahun 573 M, dua tahun setelah penyerbuan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah yang dipimpin oleh Abrahah dari Yaman.dengan demikian baliau dua tahun lebih muda dari Nabi SAW. Karena Nabi lahir pada tahun gajah, yaitu 571 M. Abu Bakar putra dari Usman (Abu Quhafah) bin Umar bin Ka’ab bin Said bin Taimi bin Murrah bin Ka’ab bin Luayyi bin Ghalib bin Fahrin Attaimi dari Suku Qurais. 
            Perihal perawakan Abu Bakar, menurut riwayat putrinya, Siti Aisyah (Ummul Mukminin) bahwa kulitnya putih, badannya kurus, pipinya tipis, mukanya kurus, matanya cekung, dan keningnya menjorok ke depan. Perihal Akhlaqnya, menurut Ibnu Hisyam beliau terkenal sebagai seorang pemurah, peramah, pndai bergaul dan suka menolong. 
            Abu Bakar juga mempunyai sifat sabar, berani, tegas, dan bijaksana. Karena kesabarannya banyak sahabat masuk Islam karena ajakannya, seperti: Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah bin Mas’ud, dan Arqom bin Abil Arqom.[18] 
    II.            Proses Peralihan Kepemimpinan 
            Berita wafatnya rasulullah menggemparkan umat islam. Sebagian mereka tidak mempercayai berita itu, kere dalam shalat subuh sebelum itu, bekiau hadir di masjid. Berita itu dianggap desas-desus untuk mengacaukan kaum muslimin. Umar bim Khattab sendiri termasuk orang yang tidak mempercayainya. 
            Sesudah mendengar berita itu, Abu Bakar langsung masuk kerumah rasulullah dan menyaksikan rasulullah telah terbujur ditunggui oleh Aisyah, Ali bin Abi Thalib serta beberapa orang kerabat dekat beliau, ucapan Abu Bakar ketika melihat jenazah rasulullah, “Alangkah baiknya anda hidup dan alangkah baiknya pula ketika anda wafat”, Abu Bakar dibai’at sebagai khalifah pertama pada tahun 11 H atau 632 M, setelah kaum muhajirin dan anshar membai’at, Abu Bakar kemudian berpidato sebagai berikuat: 
            “Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantara kalian, maka jika aku menjalankan tugasku denga baik, ikutilah aku. Tetapi jika aku berbuat salah maka luruskanlah, hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan rasulnya.tetapi apabila aku tidak taat kepada Allah dan rasulnya maka kalian tidak perlu menaatiku.[19] 
 III.            Langkah-langkah kebijakan Abu Bakar 
            Sebelum rasulullah wafat, beliau telah menyiapkan sepasukan tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. tetapi sebelum tentara Usamah jadi berangkat beliau telah wafat. sebagian sahabat ada yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar beliau membatalkan pasukan tentara usamah yang diperintahkan rasulullah itu dan dikirim saja untuk memerangi oramg-orang yang murtad. 
            Oleh karena itu beliau menjawab ”Demi Allah” saya tidak akan menurunakan bendera yang telah dipasang oleh rasulullah. disamping itu sebagian sahabat ada yang mengusulkan agar melepas usamah dari jabatannya itu kepada orang lain yang lebih tua dari padanya. Abu Bakar sangat marah mendengar berita itu lalu berkata ”saya tidak akan menurunkan dia karena rasulullah saw. sudah mengangkat dia sebagai tentara.
            Maka berangkatlah tentara itu menyerang benteng musuh serta membawa harta rampasan dan kembali ne Madinah denga kemenangan. Di antara pesan-pesan Abu Bakar kepada para prajurit yang berperang dan benar-benar bijaksana itu: ”jangan kamu khianat, janganlah kamu durhaka, janganlah kamu aniaya, janganlah membunuh anak-anak kecil dan orang tua. jangan ,erusak pohon yang berbuah, membunuh binatang kambing, unta, dan lembu kecuali dimakan dagingnya.”
Setelah rasulullah wafat, muncullah kesulitan-kesulitan yang dihadapi umat islam dibawah pimpinan Abu Bakar, diantaranya yang terpenting adalah menghadapi orang-orang yang mengaku nabi, menghadapi orang-orang murtad, dan orang-orang yang membangkang tidak mau membayar pajak. 
  1.      Menumpas nabi palsu 
            Ada empat orang yang menamakan dirinya sebagai nabi. padahal islam mengajarkan bahwa Nabi muhammad SAW adalah nabi akhiruzzaman. keempat yang mengaku nabi itu adalah nabi palasu. yaitu Musailamah Al kazab dari bani hanifah di yamamah, Sajah tamimiyah dari bani tamim, Al aswad Al Anshi dari yaman dan tulaihah bin khuwailid dari bani asad di Nejed.
            Adanya nabi-nabi palsu itu pasti membahayakan kehidupan agama dan negara islam. khalifah Abu Bakar menugaskan pasukan islam untuk menumpas mereka dan pengikut-pengikutnya, penumpasan itu ’berhasil dengan gemilang dibawah pimpinan panglima Khalid bin Walid. Musailamah dibunuh oleh Washy, Al Aswad dibunuh oleh istrinya sendiri, Tulaihah dan Sajad lari dan menyembunyikan diri.[20] 
  2.      Memberantas kaum murtad
            Berita wafatnya rasulullah SAW, berakibat menggoyahkan iman bagi orang-orang islam yang masih tipis imannya, banyak orang menyatakan dirinya keluar dari Islam (murtad). tidak mau shalat dan tidak lagi membayar zakat. bahkan ada sementara daerah-daerah memisahkan dari dengan pemerintahan pusat di madinah, sedangkan daerah-daerah yang masih setia adalah Madinah, Mekah dan thaif.Abu Bakar berunding dengan para sahabat yang lain dalam menghadapi para kaum murtad itu. mereka sepakat menyeru agar bertaubat, jika tidak mau sadar, mereka akan dihadapi dengan menggunakan kekerasan. 
            Tetapi usaha lemah lembut dari pemerintahan Islam di Madinah itu mereka abaikan, kaum murtad didukung oleh kekuatan besar kurang lebih 40.000 orang. muslimin menghadapi mereka dengan pasukan yang besar pula, Abu Bakar mengirim ekspedisi dibawah pimpinan Ikhrimah bin Abu Jahal, Syurahbil bin Hasnah, Amru bin Ash, dan khalid bin Walid. Tindakan tegas kaum muslimiin itu dapat melumpuhkan kekuatan kaum murtad, sehingga mereka kembali mentaati perintah syariat Islam.Abu Bakar berhasil dalam usaha ini, sehingga wilayah Islam utuh kembali[21].            
  3.      Menghadapi kaum yang ingkar zakat
 Banyak diantara kaum muslimin yang pemahaman mereka, terhadap hukum Islam belum mendalam dan imannya masih tipis, mereka beanggapan bahwa kewajiban berzakat hanya semata-mata untuk nabi. karena nabi telah wafat, maka bebaslah mereka dari kewajiban untuk berzakat.padahal zakat adalah salah satu rukun Islam yang harus ditegakkan.
            Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat menghadapi kaum ingkar zakat itu. meskipun keputusan musyawarah itu tidak bulat, Abu Bakar tetap teguh pada pendiriannya bahwa kewajiban zakat harus dilaksanakan. mereka yang membangkang harus diperangi. sebelum pasukan muslimin dikerahkan, Abu Bakar terlebih dahulu mengirimkan surat kepada pembangkang agar kembali ke Islam. namun sebagian besar mereka tetap bersikeras, karena itu pasukan muslimin pun dikerahkan dan dalam waktu yang relatif singkat pasukan Abu Bakar telah berhasil dengan gemilang[22]
            Dengan berhasilnya kaum muslimin ini, keadaan negara Arab kembali tenang, dan suasana umat Islam pun kembali damai.seluruh kabilah taat kembali membayar zakat sebagaimana pada masa rasulullah SAW. 
  4.      Mengumpulkan ayat-ayat al-Quran 
            Akibat peperangan yang sering dialami oleh kaum muslimin, banyak Jumlahnya tidak kurang dari 70 orang sahabat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dikalangan umat Islam serta kecemasan dihati Umar bin Khattab akan kehilangan ayat suci Al-Qur’an itu. Maka dinasehatkan kepada Abu Bakar agar ayat-ayt Qur’an dikumpulkan. Atas saran-saran dari Umar bin Khattab pada awal 13 H Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Qur’an menjadi Mushaf. Mengingat dahulu berserakan dalam dada penghafal, bahkan ada yang ditulis di atas batu, pada kain, tulang dan sebagainya.
 IV.            khalifah Abu Bakar wafat 
            Pada saat pertempuran di Ajnadain negeri syam berlangsung, khalifah Abu Bakar menderita sakit. sebelum wafat, beliau telah berwasiat kepada para sahabatnya, bahwa khalifah pengganti setelah dirinya adalah umar bin Khattab. hal ini dilakukan guna menghindari perpecahan diantara kaum muslimin. Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan musyawarah untuk menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam bahwa Umar bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar. piagam penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat. Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 – 13 / 632 – 634 M),khalifah Abu Bakar wafat pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi.  
  B.     KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB
       I.            Silsilah dan Kepribadian Umar bin Khattab 
            Umar bin khattab lahir di Mekkah pada tahun 583 M, dua belas tahun lebih muda dari Rasulullah, ayahnya bernama khattab bin Nufail bin Abd Uzza bin Riah bin Abdullah bin Qurth bin Rizal bin Abd bin Kaab bin Luayyah. Sedangkan ibunya bernama Khattamah binti Hisyam bin Mughiroh Al Makhzumi. Umar juga termasuk kelurga dari keturunan Bani Suku Ady (Bani Ady). Suku yang sangat terpandang dan berkedudukan tinggi dikalangan orang-orang Qurais sebelum Islam. 
            Umar memiliki postur tubuh yang tegap dan kuat, wataknya keras, pemberani dan tidak mengenal gentar, pandai berkelahi, siapapun musuh yang berhadapan dengannya akan bertekuk lutut. Ia memiliki kecerdasan yang luar biasa, mampu memperkirakan hal-hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang, tutur bahasanya halus dan bicaranya fasih. 
            Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar ”Singa padang pasir”, dan karena kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”. Itulah sebabnya pada saat-saat awal penyiaran Islam, Rasulullah SAW bedoa kepada Allah, ”Allahumma Aizzul Islam bi Umaraini” artinya: ”Ya Allah, kuatkanlah Agama Islam dengan salah satu dari dua Umar” yang dimaksud dua Umar oleh Rasulullah SAW adalah Umar bin Khattab dan Amru bin Hisyam (nama asli Abu Jahal).[23]
    II.            Proses Pemilihan Umar Menjadi khalifah 
            Ketika Abu Bakar merasa dirinya sudah tua dan ajalnya sudah dekat.yang terlintas difikirannya adalah siapa yang akan menggantikannya sebagai khalifah kelak. Abu Bakar minta pendapat kepada para tokoh sahabat seperti Usman bin Affan, Ali bin Abithalib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Usaid bin Khudur.mereka menyetujui usulan Abu Bakar bahwa Umar bin Khattab akan diangkat sebagai penggantinya. Setelah Abu Bakar wafat, para sahabat membai’at Umar sebagai khalifah[24].
 III.            Langkah-langkah Kebijakan Umar bin Khattab.
            Usaha Umar bin Khattab lebih luas di bandingkan dengan usaha Abu Bakar. karena meliputi usaha meneruskan ekspansi dan penyiaran Islam ke Syiria dan Persia yang diteruskan ke Mesir. dalam bidang kenegaraan, khalifah membentuk dewan-dewan pemerintah serta mengatur tatatertib kehidupan masyarakat Islam.
Dengan demikian pemerintahan Umar lebih maju diantara keempat zaman khulafaurrasyidin. diantara usaha-usaha Umar gelombang ekspansi Islam ialah melalui peperangan yang sangat sengit seperti: 
·         perang cadesia (16 H=636 M),
            panglima perang pada waktu itu adalah Saat bin Abi Waqosbeserta pasukannya sebanyak 8.500 orang untuk menghadapi tentara persia sebanyak 30.000 yang dipimpin oleh panglima Rustam. pasukan Islam menang dan pada ahir pertempuran berhasil menangkap putri Kisra Yaz Dajrid.
·         Penaklukan Persia,
            Perluasan penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi peperangan[25]
·         Ibu kota Madinah jatuh (18 H=636 M).
            Madinah merupakan ibu kota Persia. Setelah kota itu dikepung selama 2 bulan maka jatuhlah ketangan Islam. Raja Kisra Yaz Dajrid III meninggalkan Istana dan melarikan diri ke Nahawan. Di Nahawan. Yaz dajrid III berhasil mengumpulkan tentara sebanyak 150.000 orang, semua kekuatan dipusatkan disana. Oleh karena itu Khalifah Umar mengirim bantuan pasukan kepada Saad bin Abi Waqos. 
·         Perang nahawan (21 H=642 M)
            Disinilah puncak pertempuran di Persia, perang itu berakhir dengan kemenangan pasukan Islam. Karena dahsyatnya pertempuran itu , dalam sejarah dikenal dengan sebutan Fathul Futuh, artinya pembuka lembar kemenangan. 
·         Persia jatuh ketangan Islam (31 H=652 M)
            Setelah Nahawan dikuasai, mudahlah pasujkan Islam menaklukkan daerah-daerah lain di Persia. Raja Yaz Dajrid III terus melarikan diri ke timurmenuju perbatasan Persia. Tetapi malang bagi Kisra belum sampai ketempat yang ditujuh dia mati terbunuh. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan(31 H=652 M).
            Dengan tewasnya Raja Kisra berarti jatuhlah negeri Persia ketangan kaum Muslimin. Dengan demikian terbuktilah ramalan Rasulullah SAW, dengan kisahnya sebagai berikut: pernah terjadi (tahun 6H) dimana seorang Raja Persia mengoyak-ngoyak surat dariku, sebaliknya kelak negeri Persia akan dikoyak-koyak dan dikuasai kaum Muslimin. 
 IV.            Identifikasi Lembaga-lembaga Pemerintah 
Pada masa khalifah Umar bin Khattab ekspansi Islam meliputi daerah Arabia, syiria, Mesir, dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah luas maka Umar berusaha mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan peraturan pemerintah yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
   1.      susunan kekuasaan 
           Susunan kekuasaan masa khalifah Umar terdiri dari : 
           Kholifah (Amiril Mukminin), berkedudukan di ibu kota Madinah yang mempunyai wewenang kekuasaan. 
            Wali (Gubernur,), berkedudukan di ibu kota Propensi yang mempunyi kekuasaan atas seluruh wiyalayah Propensi.
   2.      Tugas pokok pejabat 
            Tugas pokok pejabat, mulai dari kholifah, wali beserta bawahannya bertanggung jawab atas maju mundurnya Agama islam dan Negara. Disamping itu mereka juga sebagai imam shalat lima waktu di masjid[26]
   3.      membentuk dewan-dewan Negara
            Guna menertipkan jalannya administrasi pemerintahan, Kholifah Umar membentuk dewan-dewan Negara sebagai berikut :
·         Dewan perbendaharaan Negara.
            Bertugas mengatur dan menyimpan uang serta mengatur pemasukan dan pengeluaran uang negara, termasuk juga mencetak mata uang Negara. 
·         Dewan tentara.
            Bertugas mengatur ketertiban tentara, termsuk memberi gaji, seragam/atribut, mengusahakan senjata dan membentuk pasukan penjaga tapal batas wilayah negara. 
·         Dewan pembentuk Undang-undang.
            Bertugas membuat Undang-undang dan peraturan yang mengatur toko-toko, pasar, mengawasi timbangan, takaran, dan mengatur pos informasi dan komonikasi. 
·         Dewan kehakiman.
            Bertukas dan menjaga dan menegakkan keadilan, agar tidak ada orang yang berbuat sewenang-wenang terhadap orang lain. Hakim yang termashur adalah Ali bin Abi Thalib. 
    V.            Mencanangkan Almanak Hijriah 
            khalifah bin Umar bin Khattab menetapkan perhitungan tahun baru, yaitu tahun hijriayah yang dimulai dari hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah (16 Juli 622 M). Saat itulah dimulainya tahun hijriayah yang pertama.
Disamping itu, Khalifah Umar menetapkan lambang bulan sabit sebagai lambang negara. Hal ini diilhami oleh bendera pasukan khusus Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit. 
            Karya-karya besar Khalifah Umar yang lain adalah mendirikan Baitul Mal, membangun dan merenovasi masjid-masjid, seperti masjid haram (Mekah), masjid Nabwi ( Madinah ), Masjidil Aqsa dan masjid Umar ( Yerussalem ), dan masjid Amru bin ash (Fusthtf-Mesir). Memperluas wilayah-wilayah islam seperti, Romawi (13 H=634 M),Damaskus (14H=635 M), Baitul Makdis–Syiriah (18 H=639 M),Mesir 19 H=640 M), Babilon (20 H 641 M), Nahawan–Persia (21 H=642 M), dan Iskandariah (22 H=643 M)[27]
 VI.            Keberanian Umar Memberantas Kebatilan. 
            perang di Syam belum selesai, bahkan perang itu makin berkecamuk, Khalifah Umar bin Khattab segera mengambil langkah-langkah tertentu. “ kirimakan surat ini kepada Khalid bin Walid !” titah Kholifah pada pembantunya. “kalu boleh tahu, apa isinya ?’ tanya Malik bin zafila salah seorang pembantunya. “baiklah, engkau boleh tahu isi surat itu, aku memberitahukan bahwa Kholifah Abu Bakar telah wafat dan aku kini sebagai penggantinya. Kedua, pimpimpina ke syam diambil alih oleh panglima Abu Ubaidah. Sementara itu Khalid bin Walid segera kembali menghadapku” tegas umar menegaskan.” Mengapa bisa seperti itu ? bukankah Kholid bin Walid seoran panglima yang gagah dan berani ? dialah panglima perang yang sering mendapatkan kemenangan, ia selau patuh pada perintah Khalifah,” tanya Malik bin Zafila.“memang benar, saya juga mengetahui kegagahan dan keberanian Khalid, wajar ia mendapat pujian dan sanjungan dari pencintanya. Akan tetapi ada suatu hal yang mungkin kalian tidak tahu atau tidak setuju bila kukatakan,” sahut Kholifah Umar, “Mengapa ? ada apa dengannya ?” “dalam dirinya ada sifat kejam. Aku melihat sendiri tingkah lakunya ketika memerangi kaum murtad yang telah ditawan dan meminta perlindungan kepada kita, ternyata Khalid bin Walid tidak mau mengampuninya aku juga memandang dari segi lain.ingatlah kini Islam masih berkembang. Aku khawatir orang luar memandang Islam ditegakkan dengan perang dan pedang. Mereka tentu akan berbalik membenci Islam. Dan tentu saj orang-orang munafik akan memanfaatkan kelemahan seperti itu,” tegas khalifah Umar menjelaskan secara terus terang. 
            Demikianlah keberanian Umar dalam menegakkan kebenaran dan memberantas kebatilan. Itulah sebabnya, Khalifah Umar diberi gelar “Al Faruq” artinya pembenar, maksudnya orang yang membedakan dengan tegas antara kebatilan dan kebenaran.[28] 
VII.            Khalifah Umar ibnu Khattab Wafat
            Umar ibnu Khattab adalah profil seorang pemimpin yang suksek dan sahabat rasulullah yang sejati. Kesuksesannya dalam mengibarkan panji-panji Islam mengundang rasa dengki di hati orang yang memusuhinya, salah satunya adalah Abu Lu’luah. Abu Lu’luah berhasil membunuh Khalifah Umar ketika beliau siap-siap memulai shalat subuh. Abu Lu’luah merasa dendam kepada Umar karena beliau dianggap sebagai penyebab lennyapnya kerajaan persia di muka bumi. Abu Lu’luah adalah seorang dari bangasa persia.
            Khalifah Umar pulang kerahmatullah pada tanggal 26 Dzul Hijjah 23 H/3 November 644 M dalam usia 63 tahun. Beliau memegang amanat sebagai khalifah selama 10 tahun 6 bulan (13-23 H=634-644 M). 
Atas persetujuan Siti Aisyah istri rasulullah Jenazah beliau dimakamkan berjajar dengan makam Rasulullah dan makam Abu Bakar. Demikianlah riwayat seorang khalifah yang bijaksana itu dengan meninggalkan jasa-jasa besar yang wajib kita lanjutkan[29]
   C.    KHALIFAH USMAN BIN AFFAN 
       I.            Silsilah dan Kepribadian Usman bin Affan
            Usman bin di lahirkan 5 tahun setelah kelahiran nabi Muhammad saw. Yaitu pada 576 M di kota thoiaf, kota yang palinga subur di antara kota –kota lainnya ditanah hijaz. Usman seorang saudagar yang berhsil karena tekun lemah lembut dan pemurah.sejak usia belia dia sudah berniaga ke Negeri syam, daerah jajahan Romawi. Keahliannya berdagang berkat didikan ayahnya sendiri, sehingga menjadi seirang saudagar yang kaya raya. 
            Setelah menginjak dewasa, Usman menjadi saudagar yang kaya, dermawan, berbudi luhur, bersikap jujur, dan teguh hati serta berprasangka halus. Dengan pribadi yang demikian Usman termasuk orang yang mempunyai kedudukan yang terhormat dan mulia di dalam masyarakat Qurais.
            Sifat mulia Usman meningkat setelah ia memeluk agama Islam. Sewaktu Nabi kekurangan dana dalam perang tabuk (9H=631M) melawan pasukan Byzantium (Romawi timur) Abu Bakar menyerahkan seluruh hartanya (40.000 dirham), Umar bin Khattab menyerahkan separuh hartanya, Asmi bin Abdi menyumbangkan 70 goni kurma, Usman bin Affan menanggung 1/3 dari keseluruhan biaya pasukan besar itu dengan menyerahkan 90 ekor kuda, serta uang tunai 1.000 dinar = 10.000 dirham.[30]
    II.            Proses Pemilihan Usman Sebagai Khalifah.
            Sebelum khalifah Umar wafat, beliau sempat berwasiat dan menunjuk tim yang terdiri dari 6 orang sahabat terkemuka, sekaligus telah dijamin Nabi masuk surga, sebagai calon ganti kekhalifaannya.Keenam orang tersebut adalah Usman ibnu Affan, Ali ibnu Abi Ta}lib, Abdurrahman ibnu’Auf, Talhah ibnu Ubaidillah, Zubair ibnu Awwam dan Sa’ad binu Abi Waqash.
            Kepada tim, Umar menganjurkan agar putranya, Abdullah ibnu Umar ikut sebagai peserta musyawarah dan tidak boleh dipilih menjadi khalifah, awalnya hasil musyawarah yang diketuai oleh Abdurrahman bin Auf menunjukkan bahwa suara pada posisi seimbang, antara Ali dan Usman. Karena Usman lebih tua, Abdurrahman menetapkan Usman bin Affan sebagai khalifah.
            Ketetapan itu disetujui oleh anggota tim dengan berbagai pertimbangan yang matang. Disamping Usman sebagai salah seorang sahabat yang terdekat dengan Nabi, beliau juga seorang Assabiquna al-Awwalun yang terkenal kaya dan dermawan, jiwa dan hartanya dikorbankan demi kejayaan Islam. Usman ibnu Affan dibaiat sebagai khalifah pada tahun 23 H/644 M[31]
 III.            Jasa Usman dalam Pembukuan Mushaf 
            pada masa Usman terjadi perluasan wilayh kekuasaan Islam sampai pada wilayah Afrika. Asia dan Eropa. Kaum muslimin terpencar ke wilayah-wilayah kekuasaan Islam tersebut. Karena mereka berasal dari berbagai bangsa yang berbeda, maka sering terjadi perbedaan dalam membaca al-Quran, keadaan ini mendorong perlunya satu jenis al-Quran yang dijadikan pedoman untuk semua kaum muslimin. Untuk maksud tersebut Khalifah Usman akan membukukan dan menggandakan al-Quran. Lembaran-lembaran al-Quran yang telah dikumpulakan pada masa Abu Bakar dan disimpan oleh hafsah, diminta oleh Usman. Ia kemudian membentuk panitia penulisan kembali ayat al-Quran, yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua, dengan anggota: Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits. 
            Tugas panitia ini adalah menyalin kembali lembaran-lembaran buku Al-Qur’an yang telah telah menjadi buku ini disebut Al-Mushaf. Panitia menggandakan sebanyak 5 buah. Empat diantaranya dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah, dan Kufah. Sedang satu buah ditinggal di Madinah, yang disebut Mushaf Usmani atau Mushah Al Imami[32]
 IV.            Usman ibnu Affan Wafat
            Khalifah Usman ibnu Affan banyak mengambil keluarganya, Bani Umayyah untuk menduduki pemerintahan. Pengawasan pada pejabat yang kurang. Khalifah Usman umurnya telah lanjut, sehingga pengaturan pemerintahan hanya dilakukan oleh pembantu-pembantu dekat dan familinya sendiri.
            Keluhan masyarakat tidak disampaikan kepada Khalifah. Keadaan ini menimbulkan keresahan dan protes dari masyarakat mesir dan kufah. Mereka datang ke Madinah untuk menyampaikan protes mereka. Sebagian masyarakat Madinah juga ikut bergabung dengan mereka , karena kurang mendapat perhatian yang memuaskan, protes itu berubah menjadi pemberontakan. 
            Suasana yang panas ini dimanfaatkan oleh Abdullah bin Saba’ (munafiq Yahudi) untuk meniupkan fitnah dan mengobarkan permusuhan dikalangan umat Islam. Ahirnya Hamran bin sadan al-Syaqie menyelinap ke ruang khusus rumah Usman dan menikamnya dari belakang, ketika Usman sedang berpuasa dan tengah menela’ah kandungan isi al-Quran. 
            Peristiwa itu terjadi pada 18 Dzulhijjah 34 H (656 M). Usman menjadi khalifah selama 12 tahun, dan wafat dalam usia 82 tahun. Sifatnya yang lemah lembut dan berhati sosial telah meninggalkan jasa yang tidak sedikit untuk kepentingan Islam, antara lain: 
·         Menyempurnkan pembukuan al-Quran[33]
·         Merenovasi bangunan Masjid Nabawi di Madinah
·         Membentuk angkatan laut atas usul Muawiyah ibnu Abi Sufyan
·         Membangun gedung-gedung pengadilan, yang semula masjid-masjid
·         Menumpas pemberontakan-pemberontakn seperti di Khurasan dan Iskandariyah
·         Membagi wilayah Islam menjadi 10 Propinsi yang dipimpin oleh seorang Amir/Wali/Gubernur, meliputi Al Jund-Abdullah bin Rabi’ah, Basrah-Abu Musa bin Abdullah, Damaskus-Muawiyah bin Abu Sofyan, Emese-Umar bin Sa’ad, Bahrain-Usman bin Abil Ash, sha’a-Ja’la bin Munabbik, Taif-Sufyan bin Abdullah, Mesir-Amr bin Ash, Mekkah-Nafi’ bin Abdul Maris, dan Kuwait-Mughiroh bin Sya’bah. 
·         Ekspansi Islam, meliputi: Armenia, Tripoli, Thabaristan, Harah, Barkoh, Kabul, Ghanzah dan Turkistan[34].

  D.    KHALIFAH ALI  IBNU ABI TALIB 
       I.            Silsilah dan Kepribadian Ali ibnu abi talib
            Ali ibnu abi ta}lib lahir pada tahun 603 Mdisamping ka’bah kota Mekkah, lebih muda 32 tahun dari Nabi Muhammad saw.Ali termasuk keturunan Bani Hasyim. Abu tholib memberi nama Ali dengan Haidarah, mengenang kakeknya yang bernama Asad. Haidarah dan Asad dalam Bahasa Arabartinya singa. Sedang Nabi Muhammad memberi nama “ALI” yang menakutkan musuh-musuhnya. 
            Pada usia 6 tahun, Ali bin Abi Ta}lib diasuh oleh Nabi Muhammad sebagaimana Nabi diasuh oleh ayahnya, Abu tholib. Karena mendapat didikan dan asuhan langsung dari Nabi Muhammad saw. maka Ali tumbuh sebagai anak yang berbudi luhur, cerdik, pemberani, pintar dalam berbicara dan berpengetahuan luas. 
            Gelar-gelar yang disandang oleh Ali antara lain:
 “Babul Ilmu” gelar dari Rasulullah yang artinya karena beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadist. Zulfikar karena pedangnya yang bermata,juga disebut “Asadullah” (singa Allah) dua dan setiap Rasulullah memimpin peperangan Ali selalu ada dibarisan depan dan memperole kemenangan. “Karramallahu Wajhahu” gelar dari Rasulullah yang artinya wajahnya dimuliakan oleh Allah, karena sejak kecil beliau dikenal kesalehannya dan kebersihan jiwanya.  “Imamul masakin” (pemimpin orang-orang miskin), karena beliau selalu belas kasih kepada orang-orang miskin, beliau selalu mendahulukan kepentingan orang-orang fakir, miskin dan yatim. Meskipun ia sendiri sangat membutuhkan. Ali termasuk salah satu seorang dari tiga tokoh yang didalamnya bercermin kepribadian Rasulullah SAW. Mereka itu adalah Abu Bakar Asshiddiq, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Tholib. Mereka bertiga laksana mutiara memancarkan cahayanya, itulah sebabnya Ali dijuluki “Almurtadha” artinya orang yang diridhai Allah dan Rasulnya[35]
    II.            Proses Pemilihan Ali sebagai Khalifah
            Setelah wafatnya Usman bin Affan, keadaan tetap menegangkan. Kelompok-kelompok masih berkeliaran di Madinah. Para pemuda menghendaki agar Ali segera menggantinya, namun dengan sopan Ali menolak permintaan itu.
Ali menganggap bahwa pengangkatan Khalifah adalh masalah yang sangat penting karena itu masalah ini memerluakn dukungan para sahabat yang dahulu berjuang bersama Nabi saw. Ali menyatakan: “Mana pahlawan Badar seperti Zubair bin Awwan, Tholhah bin Ubaidillah dan Sa’ad.”
            Mendengar hal itu kaum muslimin mengajak Zubair, Thalhah dan Sa’ad bersama-sama membaiat Ali bin Abi Tholib sebagai khalifah. Mereka setuju dan terjadilah pembai’atan Ali sebagai khalifah bagi umat Islam.
 III.            Kebijakan Ali Menyusun kembali Aparatur Kekhalifaan
            Dalam periode khalifah Abu Bakar dan Umar, kehidupan masyarakat masih dalam taraf kesederhanaan seperti periode Nabi Muhammad SAW. Rakyat masih bersatu padu dan kokoh dibawah ikatan tali persaudaraan Islam. Mereka selalu kompak dalam semangat jihad yang ikhlas demi kelulusan agama Islam. 
            Keadaan ini mulai berubah sejak periode Khalifah Usman bin Affan. Mereka mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi, apalagi saat gubernur yang diangkat Khalifah Usman banyak yang tidak mampu memimpin umat dan tidak disenangi masyarakat. Oleh karena itu Khalifah Ali bin Abi Tholib menanggung beban yang berat dalam memimpin kaum muslimin dengan wilayah kekuasaan yang semakin meluas.
Kebijakan-kebijakn Khalifah Ali dalam menanggulangi hal-hal tersebut adalah:
1.      Tanah-tanah atu pemberian-pemberian yang dilakukan Khalifah Usman bin Affan kepada famili, sanak kerabatnya dan kepada siapa saja yang tanpa alasan yang benar atu tidak syah, ditarik kembali dan menjadi milik Baitul Mal sebagai kekayaan negara. Hal ini dilakukan Khalifah untuk membersihkan pemerintahan.
2.      Wali/Amir atau gubernur-gubernur penguasa wilayah yang diangkat Khalifah Usman diganti dengan orang-orang baru.
·         Kuwait, Abu Musa Al Asy’ari diganti Ammarah bin Syahab
·         Mesir, Abdullah bin Sa’ad diganti Khais bin Tsabit
·         Basyrah, Abdullah bin Amr diganti Usnab bin Hany Al Anshori
·         Syam (Syiria), Muawwiyah bin Abi Sofyan diganti Shal bin Hanif
            Hal ini dilakukan Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak disenangi oleh kaum muslimin, bahkan banyak yang menganggap bahwa mereka itulah yang menyebabkan timbulnya pemberontakan-pemberontakan pada masa Khalifah Usman. 
·         Sebagai upaya untuk mencerdaskan umat, Khalifah Ali meningkatkan dalm Ilmu pengetahuan, khususnya ilmu yang berkaitan dengan Bahasa Arab agar umat Islam mudah dalam mempelajari al-Quran dan Hadis.
·         Berusaha untuk mengembalikan persatuan dan kesatuan umat Islam. Akan tetapi usahanya ini kurang berhasil, karena api fitnah dikobarkan kaum munafik Yahudi yang tidak menyukai Islam.
·         Mengatur tata pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat, seperti memberikan kepada kaum muslimin tunjangan yang diambil dari Baitul Mal sebagaimana yang telah dilakukan Abu Bakar dan Umar.
 IV.            Kekecewaan sebagian Masyarakat Terhadap Kegagalan Ali Menangkap Pembunuh Usman.
            Umat Islam pada Khalifah Ali, pecah menjadi beberapa kelompok. ini adalah akibat belum selesainya kasus wafatnya Usman bin Affan. Oleh karena itu, masa pemerintahan Ali diwarnai berbagai kekecewaan yang mengakibatkan pemberontakan-pemberontakan yang ingin menombangkan Khalifah Ali.
1.      Perang Jamal
            Dinamakan perang Jamal, karena dalam perang itu Aisyah mengendarai unta. Perang ini terjadi antara Khalifah Ali dengan Aisyah yang didukung oleh Zubair dan Thalhah. Ketiga sahabat ini menuntut balas atas kematian Khalifah Usman bin Affan.perang ini terjadi pada tahun 36 H dan tidak berlangsung lama. Zubair dan Thalhah tewas, begitu juga unta yang tunggangi Aisyah terbunuh. Sedangkan Aisyah pun dapat ditawan oleh pasukan Khalifah Ali bin Abi Tholib. “Sebaiknya Ibunda kembali ke Madinah”, usul Khalifah Ali bin Abi Tholib, “Baiklah. Akan tetapi aku beramanat agar engkau tetap mencari pembunuh Usman bin Affan dan memenggal kepala penjahat itu”, sahut Aisyah.“Saya setuju , Demi Allah, saya akan mencari pembunuh Usman bin Affan”, sumpah Khalifah Ali. Akhirnya Aisyah dikembalikan ka Madinah dengan penuh kehormatan[36]
2.      Perang Siffin
            Setelah Khalifah Ali menundukkan pasukan berunta di Basrah, beliau bersama pasukannya menuju Kufah. Dari Kufah beliau mengirim Jabir bin Abdullah Al Bajali untuk meminta Muawwiyah mengurungkan niatnya menentang beliau, dan mengajak agar Muawwiyah menyatakan bai’ahnya terhadap Khalifah Ali bin Abi Tholib.Utusan Ali diterima oleh Muawwiyah. Ia memberi jawaban: 
1.      Ia tidak akan memberi bai’ah, sebelum kematian Usman diselesaikan dengan tuntas.
2.      Kalau Ali mengabaikan pengusutan terhadap pembunuhan Usman, bukan bai’ah yang dilakukan. Tetapi Muawwiyah akan mengangkat senjata untuk melawan Ali.
            Dimulailah perang besar di dataran Siffin dengan dahsyatnya antara Ali dengan Muawwiyah. Pertempuran berkecamuk hingga 4 hari lamanya. Dalam pertempuran tersebut tentara Muawwiyah mula-mula menang, tetapi kemudian kalah, dan akhirnya hendak melarikan diri. Tiba-tiba amru mengambil siasat damai dengan memerintahkan kepada tentaranya mengacungkan Mushaf Al-Qur’an pada pucuk tombaknya serta menyeru “Marilah damai dengan hukum Kitabullah”.
Melihat situasi yang demikian, pasukan Ali pecah menjadi dua golongan satu golongan menerima perdamaian, mengingat pertempuran yang dilakukan sesama muslim, satu golongan yang lain berpendapat perang terus hingga nyata siapa nanti yang menang, dengan dugaan mereka bahwa mengangkat Kitabullah hanyalah semata-mata tipu daya musuh.
            Khalifah Ali terpaksa mengikuti golongan pertama yang lebih banyak, yaitu menghentikan pertempuran yang sedang berkobar dan menantikan keputusan yang akan dirundingkan tanggal 15 Rajab 37 H. Perundingan tersebut dikenal dengan perdamaian Daumatul Jandal, karena terjadi di daerah Daumatul Jandal. Dalam perundingan itu, pihak Muawwiyah mengangkat Amr bin Ash sebagai kepala utusan, dari pihak Ali mengangkat Abu Musa Al Asy’ari.
            Tanya jawab diadakan dan akhirnya setuju untuk mempersiapkan jawaban agar Ali dan Muawwiyah diturunkan dari kekhalifaan. Kemudian diserahkan kepada umat untuk memilih Khalifah yang disukainya, demi persatuan dan kesatuan umat Islam. Mula-mula Abu Musa berdiri, kemudian memutuskan mencabut Ali dari kekhalifaan. Setelah itu Amr bin Ash juga berdiri dan memutuskan memecat Ali seperti yang dikatakan Abu Musa dan menetapkan Muawwiyah menjadi Khalifah atas pemilihan umat.
    V.            Peristiwa Tahkim dan Dampaknya
            Akibat terjadinya perselisihan pendapat dalam pasukan Ali, maka timbullah golongan Khawarij dan Syi’ah[37]. Khawarij adalah golongan yang semula pengikut Ali ,setelah berhenti perang Siffin mereka tidak puas, dan keluar dari golongan Ali, karena mereka ingin melanjutkan peperangan yang sudah hampir menang, dan mereka tidak setuju dengan perundingan daumatul Jandal.
            Mereka berkomentar mengapa harus bertahkim kepada manusia, padahal tidak ada tempat bertahkim kecuali allah. Maksudnya tidak ada hukumselain bersumber kepada Allah. khawrij menganggap Ali telah keluar dari garis Islam. Karena itu orang-orang yang melaksanakan hukum tidak berdasarka Kitab Allah maka ia termasuk orang kafir.
            Sebaliknya golongan kedua Syi’ah (golongan yang tetap setia mendukung Ali sebagai Khalifah) memberi tanggapan bahwa tidak menutup kemungkinan kepemimpinan Muawwiyah bertindak salah, karena ia manusia biasa, selain itu golongan Syi’ah beranggapan bahwa hanya Ali satu-satunya yang berhak menjadi Khalifah. Mengingat perdebatan ini tidak titik temunya dan mengakibatkan perundingan Daumatul Jandal gagal sehingga perdamaian tidak terwujud.
 VI.            Ali bin Abi Tholib Wafat
            Kaum Khawarij tidak lagi mempercayai kebenaran pemimpin-pemimpin Isalam, dan mereka berpendapat bahwa pangkal kekacauan Islam pada saat itu adalah karena adanya 3 orang imam, yaitu Ali, Muawwiyah dan Amr. 
            Kemudian kaum Khawarij membulatkan tekadnya, “tiga orang imam itu harus dibunuh dalam satu saat, bila hal itu tercapai umat Islam akan bersatu kembali”. Demikian tekad mereka. “Saya membunuh Ali”, kata Abdurrahman bin Muljam, “Saya membunuh Muawwiyah”, sambut Barak bin Abdullah Attamimi, “Dan saya membunuh Amr”, demikian kesanggupan Amr bin Bakr Attamimi.
            Mereka bersumpah akan melaksanakan pembunuhan pada tanggal 17 Ramadhan 40 H/24 Januari 661 M di waktu subuh. Diantara tiga orang Khawarij tiu. Hanya Ibnu Muljam yang berhasil membunuh Ali ketika beliau sedang sholat Subuh di Masjid Kufah tetapi Ibnu Muljam pun tertangkap dan juga dibunuh.
Barak menikam Muawwiyah mengenai punggungnya, ketika Muawwiyah sedang sholat Subuh di Masjid Damaskus. Sedang Amr bin Bakr berhasil membunuh wakil imam Amr bin Ash ketika ia sedang sholat Subuhdi Masjid Fusthat Mesir. Amr bin sendiri tidak mengimami sholat, sedang sakit perut di rumah kediamannya sehingga ia selamat.Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan menjadi Khalifah yang berkedudukan di Kufah.



[1] Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997), cet. I), h. 5.
[2] Al-Quran al-Karim. Al-Zumar:3.
[3] Ali Mufrodi, op.cit. h. 10.
[4] Al-Quran al-Karim, Quraisy: 1-4.
[5] Abd Rahim Yunus,kajian historiografi islam, (Samata: Alaudin university press, 2011), h. 101.
[6] Badri yatim,Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali pers, 2011, cet. XXIII), h.27.

[7]  Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. II, 1994),  h. 19.
[8] Ahmad Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983), h.20.
[9] Badri Yatim, op.cit. h. 20.
[10] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, cet. II, 2010), h.67.
[11] Badri Yatim, op.cit. h. 26
[12] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik  Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Kencana, Cet. III, 2007), h. 20.
[13] Badri Yatim, op. cit. h. 30.
[14] M.A.Shaban, Sejarah Islam, (Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pers, 1993), h. 17.
[15]Drs. SamsulMunir Amin M.A, SejarahPeradabanIslam,Amzah, Jakarta, 2010, h. 91.
[16]Dr. BadriYatim M.A, SejarahPeradaban Islam, Raja WaliPers, Jakarta, 2010, h. 39
[17]Hassan Ibrahim Hassan, Tarikhul-Islam, al-siyasi al-dini al-saqafi al-ijtima’I, jilid I, Kairo: Maktabah al-Nahdah al-Misriyah, Cet. 9, 1979, h. 205
[18]ChoirunNiswah M. Ag, SejarahPendidikan Islam, Rafah press, 2010, h. 34.
[19]IbnuHisyam,SirahibnuHisyam,jilid IV, Mesir, Matba’ah Mustafa al-Babi al-halabiwaAuladuh, 1937, h. 340-341
[20]Drs. Murodi M.A, SejarahKebudayaan Islam, PT KaryaToha Putra, Semarang, 2002, h. 120.
[21]Ibid, h. 97
[22] Syed Mahmudunnasir, Islam, Konsepsidansejarahnya, Bandung: RosdaKarya, 1991, h.163 
[23] Hassan  ibrahim Hassan, Op. Cit, h.210
[24]Al-Tabari, Tarikh al-Tabari, jilid III, Mesir : Darulma’arif, 1962, h. 28
[25]Mun’imMajeed, Tarikh al-Hadarah al-Islamiyah, Mesir : Angelo, 1965, h. 28
[26]Abbas Mahmood al-Akkad, Kecemerlangan Umar IbnuKhattab, Jakarta : bulangBintang, 1978, h.169
[27]Ibid, h.170
[28]Ibid
[29]Jalaluddin al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa>’, Beirut: Dar al-Fikr, 1979, h. 74
[30]Al-Baladzuri, Futuh al-Buldan, Jilid V, Mesir : Maktabah an-Nahdah al-Misriyah, t.t., h. 26
[31]Dr.AliMurodi, Islam di KawasanKebudayaan Arab, Jakarta : Logos, 1997, h. 61
[32]Al-Baladzuri, op.cit, h. 62
[33]Syed Mahmudunnasir, op. cit, h.188
[34]Ibid, h. 189
[35]Hassan Ibrahim hasan, SejarahdanKebudayaan Islam, Yogyakarta : Kota kembang, 1989, h. 60
[36]Amin Said, Nasy’atudDaulat al-Islamiyah, Isa al-Halabi, Mesir : t.t., h.193
[37]Dr. Ali Mufrodi, op. cit, h.66

Tidak ada komentar:

Posting Komentar